Manusia sebagai makhluk sosial secara alami akan mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Namun, dalam perkembangannya interaksi merupakan hal yang harus dipelajari untuk membangun level hubungan selanjutnya. Interaksi merupakan hasil sebuah proses, itu sebabnya sebagian orang dapat membangun interaksi dengan baik dan sebagian tidak.
Karena interaksi adalah hasil sebuah pembelajaran, maka interaksi tidak lepas dari hukum-hukum belajar. Salah satu hukum belajar adalah latihan untuk meningkatkan keterampilan. Menurut DeVito (1995), seseorang berinteraksi melalui beberapa tahapan, diantaranya:
- Tahapan Kontak
Dalam tahapan kontak, seseorang mengadakan kontak perseptual dengan orang lain, dapat melalui penglihatan (cantik, gagah, dll), pendengaran (suara dan gaya bicara yang menyenangkan), atau pembauan (aroma tubuh yang menarik perhatian).
Dalam tahapan ini, seseorang akan mendapatkan gambaran yang lebih banyak tentang lawan interaksinya, sehingga dapat memutuskan apakah ingin melanjutkan ketahapan berikutnya yaitu involvement atau keterlibatan atau memilih mengakhirinya. - Tahapan Keterlibatan
Dalam tahapan keterlibatan, seseorang mulai mengadakan penjajagan lebih lanjut, misalnya dengan menanyakan tentang pekerjaan, tempat tinggal, dan sebagainya.
Selanjutnya seseorang harus menghadapi tiga alternatif, yaitu interaksi diputuskan, diteruskan, atau tetap pada tahapan tersebut. - Tahapan Keintiman
Dalam tahapan keintiman, interaksinya lebih intens. Pada umumnya, ada komitmen interpersonal, yaitu keduanya komit satu dengan yang lain namun masih bersifat privacy. Kemudian berlanjut ke social bonding, yaitu komitmen yang lebih terbuka, misalnya terbuka pada orang tua, saudara-saudaranya, dan temen-temannya.