Hari Pahlawan merupakan hari nasional yang ditetapkan pemerintah Indonesia untuk memperingati dan menghormati jasa-jasa para pahlawan nasional yang telah berjuang demi kemerdekaan dan kedaulatan negara Indonesia.
Hari Pahlawan berasal dari sebuah peristiwa bersejarah dalam mempertahankan kemerdekaan yang hendak direnggut kembali oleh tentara Britania Raya dan Belanda. Dengan tekad dan semangat juang yang berapi-api, gerakan Revolusi Nasional Indonesia melakukan perlawanan dengan melangsungkan pertempuran di Surabaya yang meletus pada tanggal 10 November 1945.
Pertempuran tersebut mengakibatkan banyak kerugian, sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban, sekitar 15.000 orang terpaksa mengungsi dari kota Surabaya, ada banyak korban hilang dan luka-luka serta puluhan alat perang rusak dan hancur.
Atas dasar tersebut, Hari Pahlawan memiliki tujuan untuk menggerakkan kesadaran masyarakat dalam meneladani dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur dalam kehidupan masa kini. Nilai-nilai kepahlawanan diharapkan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, sekaligus meningkatkan rasa cinta dan bangga sebagai masyarakat negara Republik Indonesia.
Berikut Pesan Perjuangan dari beberapa Pahlawan Nasional, diantaranya:
- Ir. Soekarno “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya” (Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)
- I Gusti Ngurah Rai “Kami sanggup dan berjanji bertempur terus hingga cita-cita tercapai” (Surat I Gusti Ngurah Rai kepada Letnan Kolonel Termeulen)
- Moh. Hatta “Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita”
- Silas Pare “Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku”
- Bung Tomo “Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga”
- Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang memiliki arti “Didepan memberi contoh, Di tengah memberi semangat, Di belakang memberi dorongan”
- Gubernur Suryo “Berulang-ulang telah kita katakan, bahwa sikap kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah kembali” (Pidato Gubenur Suryo di radio menjelang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya).