Sejumlah pakar memberikan pandangan yang berbeda mengenai keputusan Indonesia untuk bergabung dengan forum kerja sama BRICS. Salah satu pakar, Ariawan Gunadi, menganggap langkah ini sebagai peluang positif bagi perekonomian Indonesia.
Ia berpendapat bahwa keanggotaan BRICS dapat membantu memperluas pasar ekspor Indonesia, terutama sebagai alternatif ketika produk unggulan menghadapi hambatan ekspor ke Eropa.
Ariawan juga menyoroti potensi akses terhadap investasi dan pendanaan proyek infrastruktur melalui New Development Bank (NDB) yang dimiliki oleh BRICS, yang bisa mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Lebih lanjut, Ariawan menekankan bahwa bergabung dengan BRICS memungkinkan Indonesia untuk memanfaatkan keunggulan komparatifnya, menyusun ulang kebijakan perdagangan internasional, dan memperkuat peran diplomatiknya di tingkat global.
Di sisi lain, Yose Rizal Damhuri, Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS), memberikan pandangan yang lebih skeptis. Ia berargumen bahwa Indonesia tidak perlu bergabung dengan BRICS karena sudah menjadi anggota G20, yang memiliki pengaruh ekonomi yang lebih besar.
Menurutnya, Indonesia seharusnya mendorong negara-negara ASEAN lainnya yang bukan anggota G20 untuk bergabung, daripada mengikuti langkah mereka ke BRICS. Yose juga mengingatkan bahwa tujuan BRICS masih belum jelas, sehingga lebih baik bagi Indonesia untuk fokus pada perannya di G20.
Bagi sobat andi yang menyukai topik seputar ekonomi, dapat membaca buku berjudul “DASAR-DASAR EKONOMI MAKRO” melalui link dibawah ini.
Baca disini: DASAR-DASAR EKONOMI MAKRO.