Jagad sepak bola Indonesia digoncangkan atas tragedi kerusuhan yang terjadi seusai laga antara Arema FC vs Persebaya FC Sabtu (1/10/22) yang dilangsungkan di stadion Kanjuruhan, Malang.
Data resmi mengungkapkan tragedi ini menelan 131 korban jiwa dan banyak korban luka-luka.
Kerusuhan ini menjadi tragedi sepakbola mematikan yang menelan korban jiwa terbanyak kedua di dunia setelah tragedi yang terjadi di Estadio Nacionaldi Peru (24/05/64) dengan jumlah korban sebanyak 328 jiwa.
Presiden Joko Widodo Rabu (5/10/22) turun langsung mengunjungi korban-korban yang masih dirawat di rumah sakit untuk memastikan setiap korban mendapatkan pelayanan yang baik. Jokowi juga meninjau stadion tempat terjadinya perkara dan meminta semua pihak memastikan tragedi ini tidak terulang lagi. Seluruh pihak terkait diminta untuk memperhatikan tata kelola sepakbola Indonesia, mulai dari pertandingan, stadion, penonton serta keamanan.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membentuk tim investigasi untuk mengusut tuntas peristiwa ini. Setelah dilakukan gelar perkara, Kapolri menetapkan 6 tersangka diantaranya Dirut Liga Indonesia Baru (LIB), Ketua panitia pelaksana pertandingan, Security officer, Kabag ops Polres Malang, Danki Brimob Polda Jatim dan Kasat Samapta Polres Malang.
Hingga kini masyarakat Indonesia masih terus menunggu hasil investigasi pengusutan kasus ini. APakah benar dipicu karena gas air mata semata atau lebih dari itu? Kondisi stadion pun tidak luput dari audit pemeriksanaan yang dilakukan pemerintah. Pun juga perijinan, dimana seperti yang kita ketahui bersama Polres Malang pun telah mengajurkan agar jam pertandingan digeser ke pukul 15.30 WIB namun ditolak oleh PT. Liga Indonesia Baru (PT. LIB) selaku penyelenggara.
Namun begitu, kita semua mungkin dapat menarik nafas lega karena akhirnya Indonesia lolos dari sanksi FIFA terkait dengan tragedi Kanjuruhan ini. Sebagai catatan, FIFA merekomendasikan pengaturan jam pertandingan sepak bola Indonesia yang termaktub dalam poin kedua surat yang dilayangkan FIFA kepada Presiden RI Joko Widodo. Dalam suratnya, Gianni Infantino selaku Presiden FIFA menyampaikan perihal korelasi waktu mulainya penyelenggaraan dan pengurangan potensi insiden kekerasan di tempat lain. Selain itu juga FIFA bersama dengan Pemerintah Indonesia akan membentuk tim transformasi sepak bola Indonesia. Untuk kelancaran upaya itu, FIFA akan berkantor di Indonesia selama proses transformasi.
Semoga tragedi Kanjuruhan ini menjadi yang terakhir sekaligus menandai transformasi dan perbaikan tata kelola persepakbolaan nasional Indonesia.