Teoritikus konvergensi media Henry Jenkins mendefinisikan, konvergensi sebagai proses penyatuan yang terus-menerus terjadi di antara berbagai bahan media seperti teknologi, industri, konten, dan khalayak. Sementara itu, Burnett and Marshall mendefinisikan konvergensi sebagai penggabungan industri media, telekomunikasi, dan komputer menjadi sebuah bentuk yang bersatu dan berfungsi sebagai media komunikasi dalam bentuk digital.
Konvergensi media bisa dipahami sebagai sebuah integrasi atau penyatuan beberapa media konvensional dengan kemajuan teknologi informasi menjadi satu atap atau perusahaan. Konvergensi bukan hanya penyatuan konten sebuah berita yang muncul di berbagai media satu perusahaan, tetapi juga penyatuan dalam satu induk perusahaan media.
Sebagai contoh, di Indonesia ada MNC Group yang telah melakukan konvergensi secara lengkap (cetak, elektronik, dan situs). Kompas Group dan Media Group yang membawahi koran Kompas, Kompas.com, dan Kompas TV. Media Group membawahi surat kabar Media Indonesia, Metro TV, dan MetroTVnews.com.
Konvergensi media memungkinkan satu group perusahaan selain memiliki media konvensional, juga memiliki media sosial yang berfungsi untuk menghasilkan keuntungan bagi media group tersebut. Konvergensi juga merupakan aplikasi dari teknologi digital, yaitu integrasi teks, suara, angka, dan gambar; bagaimana berita di produksi, didistribusikan, dan dikonsumsi.
Konvergensi media ternyata bukan hanya berpengaruh pada perubahan proses jurnalistik, tetapi menyangkut ke berbagai aspek kehidupan. Konvergensi berdampak pada konsumsi media masyarakat, persepsi publik, penyebaran informasi, dan literasi media. Singkat kata, konvergensi media akan menghadirkan konstruksi sosial media baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Bagi Sobat Andi yang membutuhkan informasi lengkap tentang “Konvergensi Media”, silahkan mengunjungi link di bawah ini.
Ebook: “Konvergensi Media”