Diet inflamasi awalnya di fokuskan untuk melawan bakteri yang menyebabkan peradangan dalam tubuh. Peradangan sebenarnya adalah respon dari sistem kekebalan tubuh terhadap serangan bakteri, virus, atau alergen yang mencoba mencederai sel-sel yang menopang kekebalan tubuh. Namun apabila dibiarkan terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka peradangan menjadi hal yang berbahaya dan mengganggu kinerja sel-sel di dalam tubuh.
Untuk menghadapi keadaan ini, diet inflamasi dianggap dapat menjadi solusi untuk mengatasi peradangan. Secara umum, diet inflamasi menekankan pada konsumsi berbagai jenis buah-buahan dan sayuran seperti brokoli, alpukat, paprika, kembang kol, blueberry, anggur, ceri, cokelat hitam, teh hijau, kunyit, kayu manis, almond, ikan berlemak seperti salmon, sarden, makerel, dan teri.
Dalam program diet inflamasi terdapat jenis-jenis makanan dan minuman yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi, seperti makanan olahan, makanan yang mengandung garam dan gula yang tinggi, karbohidrat olahan seperti roti, pasta, makanan ringan seperti keripik dan kerupuk, permen, kue, es krim, gluten, dan konsumsi alkohol yang berlebihan.
Manfaat yang diperoleh dari diet inflamasi diantaranya:
• Mengurangi peradangan dan mencegah kerusakan pada bagian sel dan sendi-sendi tubuh.
• Menurunkan kadar kolesterol dalam darah yang akan berdampak positif bagi kesehatan jantung dan organ tubuh lainnya.
• Mudah untuk mengendalikan berat badan dan mengurangi resiko gejala osteotritis.
• Menjaga kesehatan dan mendukung peremajaan kulit tubuh.