Hidup di era global & digital memberikan banyak sekali alternatif pilihan dalam berbagai hal yang memungkinkan setiap orang untuk menjalani kehidupannya dengan mudah. Hanya saja pilihan yang terlalu banyak seringkali justru menimbulkan konflik pilihan sehingga skala prioritas sangat diperlukan. Namun sayang, sebagian masyarakat masih belum dapat menerapkan skala prioritas yang baik dan akhirnya memunculkan perilaku yang dikenal dengan istilah perilaku konsumtif.
Bagi pihak produsen, perilaku konsumtif sangat menguntungkan, namun bagi konsumen perilaku konsumtif dapat berdampak negatif. Perilaku konsumtif sendiri memiliki pengertian sebagai perilaku mengonsumsi sesuatu dengan tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf tidak rasional.
Beberapa ahli beranggapan bahwa perilaku konsumtif ditandai dengan adanya pola kehidupan yang berlebihan, penggunaan segala hal yang mahal hanya untuk memenuhi hasrat kesenangan semata.
Perilaku konsumtif dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, referensi, keluarga, serta demografi. Sementara pengaruh faktor internal adalah motivasi diri, harga diri, serta gaya hidup.
Beberapa alasan yang membentuk perilaku konsumtif dikategorikan sebagai berikut:
• Membeli produk karena iming-iming
• Membeli produk karena tertarik dengan kemasan
• Membeli produk demi menjaga gengsi
• Membeli produk karena pertimbangan harga
• Membeli produk untuk menjaga simbol status
• Membeli produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan
• Serta munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menambah rasa percaya diri