Ternak kerbau berpotensi sebagai penghasil daging, susu, sekaligus berkontribusi terhadap diversitas pangan. Kerbau juga berpotensi sebagai tenaga kerja dan penghasil bahan nonpangan mulai dari kulit, tanduk, hingga kotoran yang dapat diolah menjadi aneka produk bernilai ekonomi.
Di balik potensi ternak kerbau, ada beberapa pengetahuan yang masih jarang diketahui oleh orang banyak. Keunggulan ternak kerbau dapat dilihat dari aspek seperti fisik yang mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap kondisi alam serta kemampuan kerbau untuk menerima aneka tanaman sebagai pakan.
Terdapat dua bangsa kerbau lokal di Indonesia, yaitu kerbau lumpur atau rawa (swamp buffalo) yang jumlahnya sekitar 95% dari seluruh kerbau di Indonesia, dan sisanya kerbau sungai (reverine buffalo) yang dapat ditemukan di Sumatera Utara.
Ternak kerbau berpotensi untuk terus dikembangkan karena kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memenuhi kriteria untuk dijadikan tempat pengembangan ternak kerbau. Indonesia mempunyai potensi ternak kerbau lokal asli yang merupakan sumber daya genetik (SDG) sebagai aset nasional, seperti kerbau pampangan (Sumatera Selatan), kerbau binanga (Tapanuli Selatan), kerbau rawa (Sumatera dan Kalimantan), kerbau benuang (Bengkulu), dan masih banyak lagi.
- Beberapa kendala umum dari pengembangan peternakan kerbau di Indonesia antara lain:
- Masih dianggap usaha sampingan
- Keterbatasan bibit unggul
- Pemeliharaan kesehatan ternak
- Dan pengoptimalan pakan
Untuk itu diperlukan pengembangan berbasis potensi wilayah, pola usaha, optimasi produksi, pemberdayaan ternak, serta kelembagaan yang dapat memfasilitasi pertumbuhan peternakan kerbau di Indonesia.
Bagi Sobat Andi yang tertarik dengan informasi tentang “Wirausaha Ternak Kerbau Secara Intensif”, Anda dapat menemukannya pada link yang tertera di bawah ini.