Dalam pernyataan bersejarah yang mengubah dinamika hubungan bilateral, Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi secara resmi menyebut Israel sebagai “musuh”. Langkah ini merupakan yang pertama kalinya sejak kedua negara menandatangani perjanjian damai pada tahun 1979.
Pernyataan ini disampaikan El-Sisi di Doha, Qatar, dalam pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), menanggapi agresi militer Israel di Gaza yang masih berlangsung. El-Sisi menyerukan persatuan negara-negara Arab dan Islam.
“Kita harus mengubah cara musuh memandang kita. Mereka harus melihat sebuah negara Arab yang membentang dari Atlantik hingga Teluk, bersatu di bawah satu payung,” serunya, seperti dilansir Ahram (17/9/2025).
Diaa Rashwan, Kepala Badan Informasi Negara Mesir (SIS), menegaskan betapa signifikannya pernyataan ini. Menurutnya, kata “musuh” terakhir kali digunakan oleh pejabat tinggi Mesir sebelum Perjanjian Damai 1979.
“Ini pertama kalinya Presiden Mesir mengucapkan kata ‘musuh’ sejak 11 November 1977, saat Presiden Anwar Sadat mengunjungi Yerusalem. Implikasinya sangat besar,” jelas Rashwan kepada Extra News, seperti dikutip Middle East Monitor.
Mendorong NATO Versi Islam
Tak hanya pernyataan kerasnya, Mesir bersama Iran juga menjadi motor penggerak usulan pembentukan aliansi pertahanan kolektif negara-negara Muslim, yang digambarkan mirip dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Usulan pembentukan pakta militer ini didorong oleh serangkaian peristiwa keamanan yang mengganggu kawasan, termasuk serangan terhadap target di Iran awal 2025, operasi militer di Gaza, serta serangan baru-baru ini di Doha, ibu kota Qatar yang selama ini menjadi mediator konflik.
Tokoh-tokoh senior Iran mendukung penuh ide ini. Mohsen Rezai, mantan Komandan Garda Revolusi, memperingatkan bahwa negara seperti Arab Saudi, Turki, dan Iran sendiri bisa menjadi target berikutnya jika dunia Islam tidak bertindak tegas. “Satu-satunya solusi adalah membentuk koalisi militer,” tegasnya.
Seruan senada disampaikan Jalal Razavi-Mehr yang mendesak dibentuknya angkatan bersenjata Islam dengan doktrin pertahanan dan ofensif yang bersama.
Inisiatif Mesir dan Iran ini dipandang sebagai langkah serius dan langka dalam beberapa dekade terakhir untuk mewujudkan perjanjian keamanan kolektif di dunia Islam, menandai babak baru dalam politik dan keamanan kawasan Timur Tengah.
Bagi sobat andi yang tertarik dengan topik seputar hubungan internasional, dapat membaca buku berjudul “Agama dan Kajian Hubungan Internasional” melalui link dibawah ini.
Baca disini: Agama dan Kajian Hubungan Internasional.