Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, bukanlah akhir dari perang di Gaza, melainkan justru awal dari akhir. Ia menegaskan bahwa perang ini dapat berakhir kapan saja jika Hamas bersedia menyerah dan memulangkan semua sandera.
Dalam pernyataannya, Netanyahu menjanjikan jaminan keselamatan bagi mereka yang memulangkan tawanan, namun juga berkomitmen untuk mengejar dan mengadili siapapun yang melawan Israel.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengonfirmasi bahwa Sinwar tewas dalam serangan yang dilancarkan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang menuduhnya sebagai otak di balik serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Meskipun IDF melaporkan bahwa Sinwar mungkin tewas dalam serangan udara di Gaza, identitasnya belum dapat dipastikan.
Serangan yang diduga menewaskan Sinwar terjadi pada 16 Oktober, saat pasukan IDF melakukan patroli dan terlibat baku tembak dengan tiga orang bersenjata. Sinwar, yang dikenal sebagai pemimpin keras Hamas, menggantikan Ismail Haniyeh setelah kematiannya di Teheran, Iran.
Ia dianggap sebagai otak dari serangan 7 Oktober yang memicu respons militer Israel yang brutal, yang telah mengakibatkan lebih dari 42 ribu warga Palestina tewas.
Hamas hingga kini belum memberikan komentar resmi mengenai kematian Sinwar, sementara Israel terus melanjutkan serangan udara di Gaza.
Bagi sobat andi yang menyukai topik seputar hukum internasional, dapat membaca buku berjudul “Hukum Pidana Internasional“ melalui link dibawah ini.
Baca disini: Hukum Pidana Internasional.