Ketegangan antara Iran dan Israel yang terus memanas memicu kekhawatiran global. Ketua DPR RI Puan Maharani menyerukan pemerintah Indonesia untuk aktif mengajak negara-negara sahabat mendorong gencatan senjata. Langkah ini dinilai krusial untuk menghentikan konflik yang telah merenggut banyak korban sipil, terutama perempuan dan anak-anak.
Puan menegaskan, meski Indonesia menganut prinsip bebas aktif, negara ini tidak bisa tinggal diam menghadapi dampak regional dan global dari perang. “Kami mengimbau agar kedua pihak segera menghentikan permusuhan dan menempuh dialog damai,” ujar Puan di Gedung DPR, Selasa (24/6/2025). Ia juga meminta negara-negara lain untuk menahan diri agar tidak memperparah situasi.
Ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz—saluran strategis yang mengalirkan 20% pasokan minyak dunia—menjadi sorotan khusus. Jika terjadi, penutupan tersebut akan mengganggu rantai pasok energi global, termasuk Indonesia yang masih bergantung pada impor minyak dan gas dari Timur Tengah. Dampaknya bisa berupa pembengkakan subsidi BBM, kenaikan harga bahan bakar domestik, hingga inflasi yang membebani daya beli masyarakat.
Untuk mengantisipasi hal ini, Puan meminta pemerintah segera menyusun skema mitigasi, mulai dari pengaturan anggaran, stabilisasi kurs rupiah, hingga rencana cadangan energi. Langkah ini akan dibahas bersama DPR dalam penyusunan APBN 2026.
Di tengah upaya diplomasi, Puan juga mengapresiasi langkah cepat pemerintah dalam mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dan Israel. “Pemulangan WNI sudah dimulai, dan pemerintah proaktif memastikan keselamatan mereka,” kata cucu Proklamator Sukarno itu.
Konflik Iran-Israel bukan sekadar isu regional. Dampaknya meluas ke stabilitas ekonomi dan keamanan global. Dengan posisinya sebagai negara kepulauan yang strategis, Indonesia diharapkan bisa menjadi penggerak perdamaian sekaligus menjaga kepentingan nasional. Langkah Puan yang mendorong pemerintah berperan aktif mencerminkan komitmen Indonesia sebagai pemain aktif dalam kancah internasional.
Sementara itu, ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran masih dalam tahap wacana di parlemen mereka. Namun, persiapan antisipatif tetap diperlukan mengingat potensi risiko yang besar. Dengan koordinasi antarlembaga dan diplomasi multilateral, Indonesia berusaha meminimalkan gejolak global yang bisa mengancam ketahanan energi dan ekonomi dalam negeri.
Puan menegaskan, politik bebas aktif Indonesia harus tetap menjaga keseimbangan antara partisipasi dalam perdamaian dunia dan perlindungan terhadap kepentingan nasional. “Jangan sampai situasi geopolitik merugikan kita,” pungkasnya.
Langkah-langkah konkret, baik dalam diplomasi maupun mitigasi ekonomi, menjadi kunci untuk menghadapi ketidakpastian yang terus menggema di Timur Tengah.
Bagi sobat andi yang tertarik dengan topik seputar diplomasi, dapat membaca buku berjudul “DIPLOMASI Teori dan Praktik” melalui link dibawah ini.
Baca disini: DIPLOMASI Teori dan Praktik.