Ada banyak cara yang biasa dilakukan seseorang dalam mengelola tingkat stres, mulai dari jalan-jalan, baca buku, nonton film, nongkrong bersama dengan sahabat, dan yang tidak kalah seru adalah “berbelanja”. Perilaku mengatasi stres dengan belanja dikenal dengan sebutan retail theraphy.
Aktivitas ini mengacu pada kegiatan atau praktik mengunjungi pusat perbelanjaan sebagai cara untuk meningkatkan suasana hati atau mengatasi perasaan tertentu (negatif). Seseorang yang mengalami retail therapy beranggapan bahwa belanja atau membeli barang-barang yang diinginkan, dapat membawa kebahagiaan atau memberikan dorongan emosional yang positif.
Para ahli pun mengakui bahwa retail theraphy menimbulkan efek positif tertentu pada otak. Karena retail therapy melibatkan unsur harapan dan kejutan, yang dapat memicu pelepasan endorfin. Endorfin adalah neurotransmitter (pembawa pesan kimiawi) yang mengirim sinyal ke seluruh otak dan sistem saraf.
Ketika hal ini terjadi, endorfin dapat membantu mengurangi sensasi rasa sakit dan meningkatkan perasaan senang. Selain itu, endorfin juga bekerja dengan dopamin, neurotransmitter lain yang dikenal sebagai “hormon bahagia.” Itu sebabnya, setiap petualangan belanja yang dilakukan, akan melepaskan lebih banyak bahan kimia peningkat suasana hati di otak dan tubuh.
Namun, penting untuk diketahui bahwa retail therapy bukanlah solusi jangka panjang untuk masalah emosional atau mental Anda. Selain itu, ketika Anda belanja berlebihan, hal tersebut akan menyebabkan masalah keuangan dan kerugian lain akibat penggunaan uang yang kurang bijak.
Jika Anda adalah seseorang yang selama ini bergantung pada retail therapy untuk mengatasi masalah emosional, akan lebih baik bagi Anda untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental yang kompeten dalam bidang tersebut.