Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki sarung dengan corak, ragam, dan bahan yang berbeda-beda. Pada zaman penjajahan Belanda, sarung identik dengan perjuangan melawan budaya barat yang dibawa kaum penjajah.
Berdasarkan catatan sejarah, sarung berasal dari Yaman yang terkenal dengan sebutan futah. Hal tersebut membuat kain sarung tidak hanya populer di Indonesia, tetapi populer dan banyak digunakan di sejumlah negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Arti kata ‘sarung’ dalam bahasa Melayu atau Indonesia, memiliki arti ‘menutup’ atau ‘menutupi’, kain ini secara tradisional diikatkan di pinggang seperti tabung yang menutup atau melingkari tubuh.
Kain sarung tidak mengacu pada satu identitas agama tertentu saja, tetapi menjadi bagian bagi semua kalangan, sifatnya plural, dan bisa digunakan oleh siapa saja, baik pria, wanita, maupun anak-anak.
Sarung dibuat dari berbagai macam bahan, seperti katun, sutra, ataupun poliester dengan motif berupa kotak-kotak atau garis melintang. Selain untuk pakaian shalat, sarung juga digunakan untuk banyak keperluan lainnya seperti, menggendong bayi, atau menjadi pelengkap pakaian dalam acara-acara penting.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan 3 Maret 2019 menjadi hari Sarung nasional dalam acara Sarung Fest di kawan Gelora Bung Karno, Jakarta. Hari Sarung Nasional memiliki makna sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia yang tidak dimiliki bangsa dan negara lain.
Bagi Sobat Andi yang tertarik untuk mengetahui sejarah dan info menarik lainnya mengenai “Sarung Tenun Indonesia”, silahkan mengunjungi link di bawah ini.
Sumber: “Sarung Tenun Indonesia”