Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa membawa angin segar dalam pendekatan Indonesia menarik investasi asing. Dalam suatu rapat kerja, ia dengan tegas menyatakan bahwa dirinya bukanlah tipe menteri yang akan memohon-mohon kepada investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia.
Pandangannya jelas: investor asing bukanlah penentu utama pembangunan ekonomi suatu negara. Mereka, menurut Purbaya, lebih seperti pihak yang ingin menikmati “kue” pertumbuhan ekonomi yang sudah diciptakan oleh anak bangsa. “Saya ngundang investor asing enggak? Ya, ngundang. Tapi saya enggak akan memohon-mohon. Kenapa? Saya percaya bahwa asing enggak akan membangun negara kita. Mereka masuk ke sini untuk memanfaatkan kue pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Lalu, apa strateginya?
Fokus utama Purbaya justru terletak pada bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri agar lebih cepat dan berkualitas. Dengan menciptakan “kue” ekonomi yang besar dan menarik, para investor asing dipastikan akan datang dengan sendirinya, bahkan berebut untuk masuk. “Jadi kalau mau ngundang investor asing ke sini, ya kita ciptakan kuenya. Mereka pasti masuk. Saya manfaatkan untuk mendorong ekonomi kita ke pertumbuhan yang lebih cepat lagi,” tegasnya.
Pendekatan ini diterjemahkan dalam kebijakan yang sangat selektif. Pemerintah tidak akan membiarkan investasi asing masuk sembarangan. Kriteria utamanya adalah melihat spillover effect atau efek berantai bagi perekonomian domestik, termasuk transfer teknologi.
“Pasti akan saya cari yang ada spill over teknologinya. Kalau tukang jahit baju aja enggak usah diundang ke sini, sudah banyak di sini. Yang kita punya, enggak usah dibuka. Tapi yang kita enggak punya, kita buka. Itu strategi kita ke depan,” papar Purbaya lugas.
Untuk menyaring investasi yang berkualitas, Purbaya mengaku memiliki sejumlah instrumen, salah satunya adalah kebijakan perpajakan dan tarif. “Kementerian Keuangan katanya bukan urusannya itu, tapi saya punya instrumen pajak, instrumen tarif. Kita kerjain dari situ kalau mereka ngotot,” ucapnya dengan gaya khasnya.
Pendirian Purbaya ini bukannya tanpa alasan. Data realisasi investasi hingga Kuartal III-2025 pun membuktikan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia tidak sepenuhnya bergantung pada modal asing. Nilai Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat sebesar Rp 644,6 triliun, atau hanya 44,9% dari total realisasi investasi. Sementara, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) justru lebih dominan dengan kontribusi Rp 789,7 triliun (55,1%).
Kebijakan ini menandai sebuah pergeseran paradigma: dari meminta-minta menjadi tuan rumah di negeri sendiri yang percaya diri, memilih mitra investasi yang benar-benar dapat membawa nilai tambah bagi kemajuan bangsa.
Bagi sobat andi yang tertarik dengan topik seputar investasi, dapat membaca buku berjudul “Manajemen Investasi Dan Teori Portofolio” melalui link dibawah ini.
Baca disini: Manajemen Investasi Dan Teori Portofolio.