Saat ini kita dapat melihat tingginya kesadaran masyarakat untuk membatasi hidangan yang manis agar dapat mengurangi kemungkinan timbulnya obesitas, terkena diabetes, kenaikan trigliserida darah, tekanan darah tinggi, serangan jantung, maupun stroke.
Peran gula pada menu yang manis kini mulai banyak diganti oleh pemanis buatan sehingga muncul berbagai hidangan yang menamakan dirinya sugar free, low sugar, dan lain-lain. Lalu diantara banyaknya pilihan gula atau pemanis saat ini, manakah yang paling aman untuk tubuh dan kesehatan kita?
Mari kita simak penjelasan Prof. Dr. Hans Tandra, Sp.PD-KEMD, Ph.D. berikut ini.
GULA PASIR
Gula pasir adalah refi ned sugar atau granulated white sugar, yaitu gula yang sudah mengalami proses pemurnian. Termasuk dalam kelompok ini adalah gula kasar, gula aren, gula merah atau gula
jawa, dan brown sugar. Kelompok gula ini berkalori besar dan nilai gizinya buruk. Gula bisa
merusak gigi, menyebabkan kegemukan, menimbulkan resistansi insulin dan diabetes, serta bisa menimbun di hati sehingga timbul perlemakan di hati.
SIROP
Sebanyak 60–75% kandungan bermacam-macam sirop yang ada di pasaran sebenarnya adalah gula. Madu dan sirop mapel termasuk dalam kelompok sirop ini. Madu adalah cairan kental manis hasil lebah atau serangga lain dari nektar bunga. Madu mengandung fruktosa dan glukosa, masih ada lagi maltosa dan sukrosa yang semuanya merupakan gula. Dalam madu juga ada vitamin C, mineral, dan antioksidan. Mengonsumsi banyak madu mudah menaikkan gula darah karena kandungan kalori yang besar.
PEMANIS DENGAN KALORI TINGGI
Kini semakin marak kita temukan makanan diabetes-friendly di mana-mana, dengan istilah sugar-free, for diabetics, lowsugar, dan lain-lain yang memberi kesan boleh dikonsumsi di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Susunan kimiawi dari pemanisnya adalah sugar-alcohol, yang sebenarnya tidak mengandung sugar (gula) dan alkohol. Bahan dasarnya adalah buah-buahan dan sayuran. Jika dibandingkan dengan glukosa
yang 4 kalori per gram, pemanis ini hanya 2 kalori per gram.
PEMANIS DENGAN KALORI RENDAH
Pemanis kelompok ini disebut artifi cial sweetener, artinya bahan kimiawi yang dibuat oleh pabrik. Karena bukan dari karbohidrat maka kadar kalorinya sangat kecil sehingga disebut pula nonnutritive sweetener. Termasuk kelompok ini adalah aspartam, asesulfam, advantam, siklamat, neotam, neohesperidin, sakarin,
sukralosa, dan stevia. Dewasa ini yang beredar di pasaran adalah sukralosa dan stevia. Boleh dikonsumsi, tetapi dibatasi hanya dua sachet saja dalam sehari.
SUKRALOSA (SUCRALOSE)
Pemanis buatan ini 320–1000 kali manisnya gula pasir, dua kali lipat sakarin, dan tiga kali lipat manisnya aspartam. Pemanis ini bisa dipakai untuk memasak karena tetap stabil rasa manisnya walaupun di suhu panas. Di luar negeri, produk yang terkenal adalah Splenda, di Indonesia ada bubuk pemanis Diabetasol atau Tropicana Slim. Dalam ratusan penelitian, tidak terbukti sukralosa menimbulkan kanker, mengganggu janin dalam kandungan atau saraf. Namun, pemakaian berlebihan juga tidak dianjurkan.
STEVIA
Berbeda dengan pemanis nonkalori lainnya, stevia berasal dari daun Stevia rebaudiana, tumbuh-tumbuhan yang ada di Brasil, Paraguay, New Mexico, Arizona, dan Texas. Selain pemanis, daun stevia juga bisa dipakai untuk obat lambung, sakit perut, dan luka bakar.
MENU MANIS DARI BUAH
Buah pastilah hidangan gula alami ciptaan Tuhan yang paling aman. Jika Anda ingin sesuatu yang manis, pilihlah apel manis, pepaya manis atau buah lain yang rasanya manis. Kandungan kalori dalam buah biasanya kecil dan banyak seratnya. Nikmatilah buah segar sebagai kudapan sehat sejumlah satu tangkup tangan Anda. Di antara dua kali makanan utama, misalnya pukul 9.00–10.00, pukul 15.00–16.00, bahkan boleh pukul 21.00–22.00. Batasi buah musiman karena kandungan kalorinya besar sekali, seperti buah mangga, durian, rambutan, sawo, duku, lengkeng, atau cempedak. Satu mangga gadung misalnya, berkalori setara tiga piring nasi, jadi boleh dinikmati satu atau dua potong kecil saja.
Selengkapnya mengenai pemilihan pemanis yang aman bagi tubuh dan kesehatan ini dapat disimak lebih lanjut melalui konten berikut ini:
Sumber: Hidup Nikmat, Diabetes Tamat