PT GA Tiga Belas atau lebih dikenal oleh masyarakat dengan Toko Buku Gunung Agung, mengumumkan akan menutup seluruh tokonya pada akhir tahun ini. Rencana ini dilakukan oleh karena beban biaya yang terus meninggi, terutama sejak pandemi COVID-19. Toko buku yang sudah ada pada tahun 1953 (70 tahun) ini, disayangkan oleh sejumlah pengunjung karena merupakan perintis toko buku modern dan telah memberikan banyak kontribusi dunia literatur Indonesia.
Gunung Agung terkenal sebagai penerbit yang banyak melahirkan buku-buku biografi tokoh nasional, seperti Bung Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Adam Malik, Ahmad Soebardjo, Moh. Roem, Yusuf Wibisono, A.H. Nasution, K.H. Dewantara dan Sjafruddin Prawiranegara.
Fakta yang dialami oleh Gunung Agung dan beberapa perusahaan literasi lainnya menunjukkan kepada kita bahwa minat baca tidak hanya berdampak pada pendidikan, namun juga dapat berdampak pada industri dan ekonomi.
Oleh sebab itu, minat baca bukanlah suatu yang alamiah, tetapi lahir dari proses belajar, proses pembiasaan, pengalaman serta dukungan dari lingkungan sekitar. Minat baca merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, bukan hanya sekali dua kali, namun menjadi kegiatan yang terstruktur di sertai dengan target yang jelas.
Oleh karena itu, adalah tugas seluruh kita untuk mulai memperbaiki kondisi minat baca yang dianggap sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Mari bergandengan tangan dengan mendukung program-program yang ada untuk membangun kesadaran masyarakat untuk menumbuhkan minat baca, karena buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya.
Dengan menumbuhkan budaya membaca, ilmu pengetahuan akan didapat, wawasan pun bertambah. Dan pada gilirannya, kegemaran membaca ini akan membentuk budaya literasi yang berperan penting dalam menciptakan bangsa yang berkualitas, dan mampu menopang industri literatur di Indonesia untuk tetap memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa.