Pada Mei 2024, utang luar negeri Indonesia naik 1,8% menjadi US$ 407,3 miliar (Rp6,57 kuadriliun), didorong oleh masuknya modal asing dan meningkatnya kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.
Utang luar negeri sektor swasta tercatat US$ 197,6 miliar (Rp3,18 kuadriliun) pada Mei 2024, turun 0,4% dibanding tahun lalu. Penurunan ini terutama di lembaga keuangan, sementara utang perusahaan non-keuangan naik sedikit.
Sektor Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, Pengadaan Listrik dan Gas, serta Pertambangan dan Penggalian memiliki porsi terbesar utang luar negeri swasta, dengan sebagian besar berupa utang jangka panjang.
Rasio utang luar negeri terhadap PDB adalah 29,8%, dengan utang jangka panjang mencapai 85,9% dari total utang. Pemerintah dan bank sentral adalah peminjam terbesar.
Sejak November 2023, utang luar negeri didominasi oleh pemerintah dan bank sentral. Utang luar negeri meningkat 1,01% pada Mei 2024, dengan kreditor terbesar adalah Singapura dan Amerika Serikat.
Dengan meningkatnya utang luar negeri dan dominasi pinjaman oleh pemerintah serta bank sentral, penting bagi Indonesia untuk terus memperkuat stabilitas ekonomi dan memastikan penggunaan utang yang produktif guna menjaga kepercayaan investor dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Bagi sobat andi yang menyukai topik seputar perbankan dan pemerintahan, dapat membaca buku yang berjudul “The Fundamentals Of Governance, Risk Dan Compliance, Mind Mapping Dan Pemahaman Komprehensif Metodologi GRC dalam Industri Perbankan” melalui link dibawah ini.