Aksi unjuk rasa penolakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Wamena, Jayawijaya, berakhir ricuh pada Senin (17/2). Massa yang didominasi pelajar dan mahasiswa bentrok dengan aparat keamanan, memicu isu viral tentang penggunaan senjata api oleh polisi.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo, menegaskan: “Tidak ada tembakan senjata api. Selongsong peluru yang beredar adalah hoaks sengaja disebar kelompok KNPB/KKP untuk menyerang citra pemerintah.” Ia mengakui terjadi insiden anarkis saat massa melempari polisi dengan batu dan ketapel, yang berujung pada penggunaan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.
Menurut Wakapolres Jayawijaya Kompol I Wayan Laba, kerusuhan muncul saat aparat berusaha memisahkan demonstran utama dengan kelompok lain yang dicurigai ingin mengacau keamanan. “Awalnya aksi damai, tapi situasi memanas ketika ada provokasi dari luar,” jelasnya. Upaya negosiasi gagal setelah beberapa demonstran mulai melempari petugas, memaksa polisi mengambil tindakan tegas.
Isu selongsong peluru yang viral sempat memicu kecaman luas di media sosial. Namun klarifikasi polisi yang didukung bukti video pengamanan perlahan meredakan narasi kontroversial ini. Pemerintah kini fokus pada evaluasi protokol pengamanan demonstrasi sambil memastikan program MBG tetap berjalan sesuai target.
Insiden ini menggarisbawahi kompleksitas isu Papua: ketegangan antara kebijakan pemerintah, dinamika lokal, dan perang narasi di ruang digital.
Bagi sobat andi yang tertarik dengan topik seputar demokrasi, dapat membaca buku berjudul “Reinventing Government, Demokrasi dan Republik Pelayanan Publik” melalui link dibawah ini.
Baca disini: Reinventing Government, Demokrasi dan Republik Pelayanan Publik.